Selasa, 26 Januari 2010

Jawaban: 25 Kesalahpahaman terhadap Jemaat Ahmadiyah [BAGIAN 1]

1.1: Kalimah syahadat Ahmadiyah lain.

Kalimah Syahadat Jemaat Ahmadiyah seperti yang selalu kita dengar dari mesjid-mesjid Ahmadiyah di seluruh dunia ketika dikumandangkan azan lima waktu adalah :

"Asyhadu allailaaha illallahu Wa asyhadu anna muhamadar rasulullah"

Dan orang Ahmadiyah tidak bertaqiah seperti orang-orang syiah yaitu lain yang diucapkan dan lain pula yang dipahami dalam hati.

1.2.: Ahmadiyah mempunyai kitab suci baru Tadzkirah.

Kitab suci Ahmadiyah adalah Alquran yang 30 Juz, satu ayat pun bahkan satu koma pun tidak ada yang dikurangi atau pun yang ditambah. Dalam perayaan 100 tahunnya 1989, Jemaat Ahmadiyah telah mencetak dan menterjemahkan kitab suci Alquran kedalam 100 bahasa dunia. Sedangkan tentang Tadzkirah, mulanya bukanlah sebuah buku, tapi adalah catatan catatan dari pendiri Jemaat Ahmadiyah tentang kasyaf, ilham, wahyu dan mimpi-mimpi yang benar dari Allah Ta'ala yang beliau terima. Itu pun beliau catat dibanyak buku, selebaran atau majalah-majalah yang terbit dizaman beliau. Kemudian dihimpun atau disatukan yang baru dicetak pertama kali berupa buku dengan nama Tadzkirah pada tahun 1935. Cetakan ke-2 pada tahun 1956 dan cetakan ke-3 tahun 1969. Oleh karena itu bagaimana mungkin dapat dikatakan Tadzkirah adalah kitab sucinya Ahmadiyah. Karena dengan kitab suci apa orang Ahmadiyah berpegang sebelum buku itu dihimpun tahun 1935. Artinya apakah orang-orangAhmadiyah tidak punya kitab suci antara tahun 1989 s/d tahun 1935, bahkan kita dapat mengatakan 90% anggota Ahmadiyah belum mengenal buku Tadzkirah dan isinya. Jadi sekali lagi buku Tadzkirah bukanlah kitab sucinya orang Ahmadiyah.

1.3: Ahmadiyah membajak memalsulkan dan merobah-robah ayat Al-Qur'an .

Tentang membajak, memalsukan dan merobah ayat-ayat Al-Qur'an memang ada ayat-ayat Al-Qur'an yang di ilhamkan kepada pendiri Ahmadiyah. Maka yang menjadi pertanyaan? apakah ayat-ayat Al-Qur'an tidak bisa lagi di ilhamkan baik melalui ru'ya atau mimpi kepada orang-orang saleh di dalam Islam itu sendiri. Bahkan ada juga ayat-ayat yang diturunkan kepada Imam Syafi'i, Hadhrat Syeh Abdul Qadir Jaelani dan wali-waliullah yang lainnya ? Kalau ada, apakah dapat kita katakan bahawa para waliullah-waliullah itu juga membajak ayat-ayat suci Al-Qur'an. Bahkan di dalam istikharah, misalnya dalam meminta jodoh pernah kejadian melalui mimpi turun ayat surah al-Baqarah sebagai jawaban istikharahnya hingga lidahnya menyebut ayat :

"Walahum Fihaa azwajum muthahharotun wahum fiha kholidun" (Al-Baqarah).

Kemudian dari 100 terjemah Al-Qur'an yang dicetak oleh orang Ahmadiyah, tidak ada ayat-ayat yang dirobah-robah atau dipalsukan orang. Namun ada beberapa wahyu Hazrat Masih Mau'ud a.s. menafsirkan wahyu beliau itu kedalam bahasa Arab dengan kami turunkan ia dekat dari Qadian. Maksudnya hu dalam ayat itu adalah beliau sendiri. Jadi tafsir kita tidak boleh menyebut pemalsuan ayat-ayat Al-Qur'an.

1.4: Fiqih Ahmadiyah mengelirukan.

Dalam Hadis Nabi saw. dikatakan bahwa kalau nanti Imam Mahdi a.s. turun dia tidak akan ber mazhab atau berpegang kepada satu mazhab. Jadi dengan kata lain Ahmadiyah bisa mengamalkan ke empat empat mazhab yang ada dalam Islam. Seperti contohnya dalam hukum-hukum ibadah (shalat, puasa, haji dll). Memakai mazhab Hanafi bisa saja dalam hukum Tijaroh perdagangan memakai mazhab Maliki dan dalam hukum Hudud pidana memakai mazhab Hambali atau Syafi'i. Kadang-kadang dengan demikian tentu orang-orang yang tidak mengerti, akan mengatakan orang Ahmadiyah mempunyai fiqih yang mengelirukan.

1.5: Ahmadiyah mempunyai tanah suci sendiri untuk naik haji yaitu Qadian.
Ini juga satu informasi yang salah atau satu pelintiran oleh orang-orang yang selalu salah paham terhadap Ahmadiyah. Banyak orang Ahmadiyah sudah pergi ke Qadian atau Rabwah bahkan orang-orang Ahmadi yang tinggal dikedua kota tersebut, kalau mereka belum naik haji ke Mekah, Ahmadiyah tidak mengatakan mereka sudah naik haji. Orang-orang Ahmadi yang mungkin juga duduk pada majlis Jalsah ini yang sudah naik haji maka mereka tetap naik haji ke Mekkah Baitullah.

1.6.: Ahmadiyah mempunyai kalednder sendiri Hijri Syamsi.

Itu benar, tapi bukan berarti Ahmadiyah tidak memakai kalender yang lain. Selama ini kita mengenal dua kalender, satu kalender tahun Masehi yang dihitung sesuai peredaran matahari (Syamsiah) dan yang kedua kalender Islam yang dihitung dari peredaran bulan (Qomariah), Kalender Masehi penanggalannya dimulai dari hari kelahiran Nabi Isa a.s. dengan sistim penghitungan Syamsiah sedangkan kalender Islam penanggalannya dimulai dari semenjak Nabi Hijrah dengan penghitungan Qamariah. Kalender Islam selalu dipakai untuk jadwal ibadah orang-orang Islam. Maka Hadhrat Khalifatul Masih ke II Jemaat Ahmadiyah menemukan kalender baru, yaitu kita selalu bersandar kepada penanggalan Masehi, apa salahnya ada kalender untuk urusan-urusan duniawi orang-orang Islam yang penanggalannya dihitung mulai
dari Masehi Hijrah nabi dengan sistim Syamsiah kemudian bulannya diberi nama sesuai dengan sejarah permulaan Islam.

1.7.: Pendiri Ahmadiyah Hz.Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak naik haji.

Haji merupakan ibadah wajib tetapi tetap dengan syarat antaranya biaya yang cukup kesehatan, dan keamanan. Pada saat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. mau naik haji ketika itu ulama-ulama di Mekah telah membuat fatwa bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah kafir dan murtad dan wajib di bunuh. Maka apakah mungkin ketika nyawa beliau tidak selamat bahkan di negeri sendiri apalagi mau pergi ke tanah suci Mekah dimana ulama-ulama Mekah telah siap untuk membunuh beliau. Atas dasar itulah Hz.Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak bisa naik haji kerena nyawa beliau terancam. Seperti halnya juga kita tidak menjumpai dalam hadis-hadis Rasulullah saw. membayar zakat padahal zakat adalah juga ibadah wajib. Bahwa karena syaratnya tidak cukup, maka Rasulullah saw. juga tidak melakukannya/membayar zakat.

1.8.: Nauzubillah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. berpenyakit tidak waras.

Dituduhkan beliau tidak waras karena didapati belaiu memakai sepatu kiri dan kanan kadang-kadang terbalik. Namun ini juga satu pelintiran oleh orang-orang yang tidak mau memikirkan dengan hati nurani. Padahal sepatu yang dipakai oleh Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yaitu sepatu Punjabi atau sepatu Aladin, yang memang dipakai berganti-gantian kiri dan kanan supaya bentuk sepatu itu tetap utuh, lurus dan asli. Itu juga yang dilakukan oleh Hz.Mirza Ghulam Ahmad a.s.

1.9.: Pengakuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s yang bertentangan

Mengenai Nabi Isa a.s. Ini memang benar Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mempunyai 2 pendapat tentang Nabi Isa a.s. dan selalunya para Utusan Tuhan mempunyai 2 pendapat atau 2 pendirian. Kehidupan para utusanAllah saelalu terbagi kepada dua masa yaitu : 1) masa sebelum diutus 2) sesudah menerima wahyu. Hz. Khataman Nabiyyin Nabi Muhamad saw. juga mempunyai dua masa dengan dua pendirian, contohnya dalam beribadat dan dalam menjalankan hokum-hukum syariah, seperti :
  1. Sebelum ayat alquran turun membawa perintah untuk menghadap Baitullah, Rasulullah saw. selalu shalat ke baitul maqdis di Yerusalem.
  2. Sebelum ayat-ayat al-Quran mengenai zina dan ayat-ayat yang lain diturunkan, Rasulullah saw. selalu memutuskan masalah berkaitan berpandukan Al-Kitab.
Keterangan diatas menunjukan Nabi Muhammad saw. mempunyai dua pendirian, demikian jugalah halnya dengan Hazrat. Mirza Ghulam Ahmad a.s. dimanabeliau mempunyai dua masa dengan dua pendirian yakni :
  1. Masa sebelum mendapat wahyu tanpa syariat dari Allah Ta'ala.
  2. Masa sesudah wapat wahyu tanpa syariat dari Allah Ta'ala.

1.10.: Pengakuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang bermacam-macam. Pengakuan-pengakuan Mirza yang lain-lain.

Kalau orang yang memusuhi Jemaat Ahmadiyah menilai sesuatu hanya dari kacamata ilmunya dan sedikitpun tidak memiliki niat yang baik, maka caci maki, ejekan dan cemoohan perkara biasa baginya. Lebih-lebih lagi tujuannya mengulas atau merngutip perkara-perkara yang berhubungan dengan Jemaat ahmadiyah dan pendirinya adalah semata-mata untuk menghasut dan menimbulkan perasaan permusuhan dan fitnah kepada masyarakat terhadap Jemaat Ahmadiyah. Mereka hanya mengutip sebahagian ayat-ayat Al-Qur'an untuk mengerang Islam. Misalnya mereka mengutip sepotong ayat Al-Qur'an dalam surah Ma'un yang berbunyi :

"Fawailullilmushollin".

Artinya : Maka celakalah orang-orang yang shalat.

Kalaulah ayat itu hanyadiambil sebagian sahaja, sudah tentu membawa arti bahwa orangshalat akan celaka dan binasa. Padahal ayat ini belum sempurnaselagi tidak disambung dengan ayat berikutnya, yang berbunyi :

"Alladiina hum 'an shalaatihim saahuun".

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang lalai dalam sembahyang mereka.

Oleh karena itu perbuatan ulama-ulama yang memusuhi adalah sama seperti mana yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Karena Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. ada mendakwakan dirinya dalamberbagai nama, makna itu adalah nama-nama sifat dan bukan nama secara harfiah yang dibawa dari lahir. Nama-nama sifat ini juga berlaku pada Rasulullah saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar