Selasa, 26 Januari 2010

Jawaban: 25 Kesalahpahaman terhadap Jemaat Ahmadiyah [BAGIAN 2]

1.11: Ahmadiyah Memansuhkan Jihad.

Perlu kita ketahui, Jihad itu apa? Jihad keluar dari kata jahada, yang berarti "ia berusaha". Jadi, Jihad adalah segala usaha dalam memperjuangkan Islam demi memperoleh keridaan Allah Taala. Sekurang-kurangnya Jihad terbagi 4 (empat), yaitu: jihad akbar, jihad kabir, jihad shagir, dan jihad ashghar.

Dalam Hadis Rasulullah saw., terbukti melawan hawa nafsu disebut jihad akbar. Apakah jihad melawan hawa nafsu memakai pedang? Tentu jawabannya: Tidak. Namun, pendapat selama ini terutama pendapat ulama-ulama fundamentalis yang disebut jihad hanya berjuang di jalan Allah dengan pedang. Jadi, kalau Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam tulisan beliau memansuhkan jihad, maksudnya adalah: Jihad dengan pedang, dan tidak ada lagi perang dengan pedang untuk menyebarkan Islam. Jihad dengan pedang termasuk dalam jihad ashgar (jihad yang paling kecil). Sedangkan, jihad yang lain seperti jihad akbar, yaitu jihad dengan hawa nafsu. Jihad Kabir yaitu jihad dengan Al-Qur'an, dan jihad shagir yaitu jihad dengan harta (bil mal) masih ada, dan tetap dilakukan oleh Ahmadiyah sampai hari kiamat.

1.12.: Ahmadiyah Punya Nabi Baru yang ke-26, yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.

Sebenarnya Ahmadiyah tidak mempunyai Nabi baru. Tetapi, Ahmadiyah mempunyai konsep dan terminologi baru tentang Nabi atau Rasul. Kalau dipandang dari konsep Nabi seperti yang biasa dipakai oleh bukan Ahmadiyah, maka Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. bukanlah Nabi. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sendiri dalam buku beliau—Ek Ghalatii Kaa Izaalah (Memperbaiki Suatu Kesalahan)—menulis:

"Dan, bila manapun atau dimanapun aku telah mengingkari panggilan Nabi atau Rasul, maka artinya tidak lain adalah bahwa aku bukanlah Nabi atau Rasul yang mustaqil, yang membawa syariat atau Nabi yang berdiri sendiri. Tapi aku menerima karunia-karunia kerohanian dari Rasulullah saw. karena aku menaati beliau saw."

Kemudian beliau juga menulis,

"Man nestam rasuul wa naee wurdah kitaab."

Artinya: "Aku bukan Rasul yang membawa syariat baru."

Jadi, jelas bahwa Ahmadiyah mempunyai konsep baru tentang Nabi dan Rasul dan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Nabi adalah juga sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Ahmadiyah itu. Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. menulis lagi: Aku tidak mengaku menjadi Nabi dan Rasul seperti yang dipikirkan mereka, (maksudnya, menurut konsep yang biasa dipahami di luar Ahmadiyah). Tapi, harus diketahui bahwa aku adalah Nabi dan Rasul seperti yang aku terangkan. Begitu panjang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menerangkan tentang Konsep Kenabian yang dianut oleh Ahmadiyah yang memang baru (berlainan) dari Konsep Kenabian yang dipercayai selama ini dalam masyarakat Islam umumnya. Kemudian, akan timbul pula pertanyaan bahwa bukankah Isa Yang Dijanjikan yang berbeda dengan Isa yang dahulu itu sesuai dengan ciri-ciri fisik yang diterangkan Nabi saw. tetap berpangkat Nabi, beragama Islam dan berpegang kepada syariat Islam. Dan itu juga tidak melanggar Khaataman Nabiyyiin Hadhrat Rasulullah saw.

1.13.: Ahmadiyah Menganggap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. lebih mulia dari Rasulullah saw.

Ini adalah juga satu kesalahpaham yang kadang-kadang dapat kita sebut fitnah juga. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menulis dalam syair beliau.

"Yeh samr bagh Muhammad se hi khaya hamne"

Artinya : "Buah-buah ini hanya dari kebun Muhammad kami dapat memakannya"

I.14.: Ahmadiyah menganggap Nabi Isa a.s. telah wafat dan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah Nabi Isa Yang Dijanjikan.

Itu adalah benar. Dan, Ahmadiyah mempunyai dalil-dalil dari Alquran dan Hadis tentang Nabi Isa Israili a.s. telah wafat. Bukankah Rasulullah saw. Tidak pernah bersabda bahwa Nabi Isa naik ke langit. Dalam Al-Qur'an Allah s.w.t berfirman:

"Idz qolallahu yaa 'Isa inni mutawaffika wa raafi'uka ilayya"

Artinya : "Ingatlah ketika Allah berkata hai Isa, sesungguhnya aku akan
mematikan engkau, dan akan mengangkat engkau kepadaKu."

Di sini Allah ta'ala akan mengangkat Isa a.s. setelah mutawaffika (kematian) dan diangkat kepada Allah (bukan langit). Dalam Hadits Rasulullah s.a.w bersabda :

"Inna 'Isabna Maryama 'assya 'isriina wa miata sanatin"

Artinya : "Sesungguhnya Isa ibnu Maryam berumur 120 tahun."

Sedangkan untuk Nabi Isa yang dijanjikan, Rasulullah s.a.w bersabda:

"Kaifa antum idza nazala ibnu Maryama fiikum wa imaamukum minkum"

Artinya : "Bagaimana keadaan kamu (orang Islam) ketika Ibnu Maryam turun dari kamu (orang Islam) dan ia imam kamu dari kamu (orang Islam). Dari ayat itu jelas bahwa Isa Ibnu Maryam yang akan datang turun dari umat Islam.

1.15.: Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengaku sebagai Tuhan.

Ini juga satu masalah yang sengaja dipelintir padahal yang sebenarnya ini merupakan mimpi beliau. Para ulama-ulama Islam yang memusuhi beliau dengan sengaja memberikan arti dan tafsir yang salah kepada mimpi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Ini beliau tulis dalam buku berjudul Ainah Kamalat Islam halam 564. Tujuan mereka berbuat demikian adalah supaya mimpi dan ru'ya beliau a.s. dianggap oleh orang-orang memusuhi Jemaat Ahmadiyah benar-benar terjadi di alam nyata. Kita sama-sama tahu bahwa mimpi bukanlah alam nyata seperti dalam surah Yusuf ayat 5 diceritakan tentang mimpi Nabi Yusuf a.s. melihat 11 bintang,
matahari dan bulan, sujud kepada beliau. Ini tentu tidak bisa dikatakan alam nyata karena bagaimana mungkin bintang, matahari dan bulan bisa sujud ? Apa mereka punya lutut. Dalam tulisan beliau itu, dalam mimpi beliau melihat diri beliau menjadi pandangan Allah Ta'ala yang menurut ta'wil mimpi artinya beliau adalah orang dekat dengan Allah swt. Ini ada dalam Sahih Bukhari, diriwayatkan sebuah hadits Qudsi bahwa sabda Rasulullah saw., Allah Ta'ala telah berfirman. Artinya : Hambaku yang membiasakan diri dalam pekerjaan-pekerjaan nafal, maka ia lama kelamaan akan begitu dekat kepada ku hingga Allah mencintainya. Kalau aku telah mencintainya maka aku akan menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, dan aku akan menjadi matanya yang dengan itu ia melihat. Aku akan menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, aku akan menjadi kakinya yang dengan itu ia berjalan. Dari hadits ini jelas seakan-akan semua anggota tubuh hamba tsb. telah menjadi Tuhan. Pertanyaan apakah manusia pernah menjadi Tuhan?

Hadhrat Syeh Fariduddin Atar, dalam bukunya Fawaid Faridiah hal. 85 dalam bahasa Farsi menulis yang artinya :

"Setelah bebas dari hasad, dengki, takabur dan tamak aku telah menjadi Tuhan."

Hadhrat Syeh Abdul Kadir Jaelani r.h., Hadhrat Sibli r.a. dan Hadhrat Mu'inuddin Chasti menulis perkara yang sama bahwa setelah merekja melebur diri mencintai Allah, mereka menjadi Tuhan dan Tuhan menjadi mereka. (Kitab Fatahul Ghaib Farsi jilid 3 hal.17). Dalam perang Badar Rasulullah saw melempar pasir kearah musuh, hingga musuh lari kucar kacir, menurut Allah Ta'ala dalam surat Al Anfal ayat 18:

"wa maa romayta idz romayta wa laakinnallaha romaa"

Atinya : Hai Muhammad, bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi
Allah Ta'ala yang telah melempar.

Dari penjelasan-penjelasan diatas, jelas bahwa manusia tidak pernah menjadi Tuhan, Nabi Muhammad juga tidak, tapi itu satu bukti yang menunjukkan beliau-beliau itu orang-orang yang dekat dengan Allah, seperti itu juga halnya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar